Ilustrasi |
Muqatil mengatakan, ash shuur ialah sangkala. Demikian itu karena Israfil as telah mengulum sangkakalanya yang berbentuk seperti terompet, sedangkan luas garis tengah kepala sangkalanya sama dengan bumi dan langit. Matanya tertuju ke arah 'Arasy menunggu perintah tiupan yang pertama. Apabila sangkala ditiup, maka matilah semua makhluk yang ada dilangit dan di bumi karena keterkejutan yang sangat terkecuali malaikat yang dikehendaki oleh Allah SWT, dan Dia memerintahkan kepada malaikat 'Izrail untuk mencabut ruh Jibril, malaikat Mikail, malaikat Israfil, kemudian Allah SWT sendiri yang mencabut ruh malaikat 'Izrail.
Sesudah tiupan yang pertama semua makhluk tinggal di alam barzakh selama empat puluh tahun. Kemudian Allah menghidupkan malaikat Israfil dan memerintahkan kepadanya untuk melakukan tiupan yang kedua, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya: Syumma nufikha fihi ikhra fa idza hum qiyaumy yanduruun: Kemudian ditiupkan sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (QS. Az-Zumar ayat 68).
Mereka berdiri di atas kakinya masing-masing menanti peradilan hari berbangkit. Sehubungan hal ini Rasulullah SAW telah bersabda, "Ketika hari berbangkit tiba, malaikat pemegang sangkakala datang lalu memasukkan sangkakala ke mulutnya, melangkahkan salah satu kakinya ke arah depan dan kiri yang lain ke arah belakang sambil menanti bila perintah tiupan dilakukan? Oleh karena itu, takutlah kalian kepada Allah SWT.
Maka renungkanlah keadaan semua makhluk pada hari itu, mereka merasa hina, tidak berdaya, tunduk dan patuh di saat berbangkit karena takut setelah mengalami keterkejutan yang dahsyat ini. Mereka dalam keadaan menunggu keputusannya masing-masing, apakah kebahagiaan ataukah kecelakaan yang bakal mereka dapatkan?
Dan anda sendiri termasuk salah seorang dari mereka yang tak beraya dan kebingungan, meskipun semasa di dunia anda termasuk orang yang senang dan angkuh. Semua raja di bumi pada hari itu merupakan makhluk yang paling hina, paling kecil, dan paling rendah di antara semuanya, terinjak-injak oleh kaki yang lain seperti semut yang paling kecil. Belum lagi keringat yang dikeluarkan oleh mereka di pandang mahsyar. Yaitu karena malu dan takut kepada Rabb semesta alam dan juga karena penderitaan yang sangat lama.
Seandainya manusia terhindar dari kebodohan dan keterpedayaan, tentulah ia mengetahui bahwa teringat kelelahan karena menanggung kesulitan dalam mengerjakan yang lebih ringan dan lebih singkat waktunya ketimbang keringat yang dikeluarkan karena kesusahan dan penantian di hari kiamat, karena sesungguhnya hari kiamat adalah hari yang sangat besar kesusahan dan penderitaannya, lagi sangat lama masanya. (Al-Ghazali rahimahullah). Wallahu a'lam bish-shawab.*