Ilustrasi |
Suatu ketika, dalam sebuah buku yang dipinjam penulis dari seorang teman terdapat kalimat yang ditulis tangan, dan itu teringat sampai detik ini. Saya tak ingat betul kalimat yang ia tuliskan, tapi kira-kira begini bunyinya, "Sering kali, kondisi yang tak enak, bahkan sengsara, lebih cepat mendewasakan seseorang di dalamnya." Seketika, saya setuju dengan intisari tulisan tersebut.
Ketika dua gedung yang menjadi simbol kebanggaan kota New York, World Trade Center, sontak saya teringat kembali kalimat dalam buku teman tadi. Masa-masa sengsara akan segera tiba. Bagi Muslim khususnya. Tak perlu terlalu pandai memang menduga-duga sengsara. Hampir di setiap penjuru dunia, Muslim mengalaminya. Apalagi ketika bom Bali meledak yang mengantarkan turis yang sedang berpesta syahwat dunia lain dengan cara yang sangat menyeramkan.
Ditambah lagi peristiwa penipuan orang-orang jahat. Saya tak lagi seorang yang menduga-duga, tapi posisi saya mengubah menjadi bagian dari kelompok yang akan mengalami kesengsaraan akibat tersebut. Lagi-lagi, tak perlu lulusan S3 untuk mengetahui konsekuensi ini. Muslim Indonesia merasakan langsung, khususnya kalangan gerakan Islam, mereka benar-benar tahu arti kata sengsara.
Kalimat di buku teman tadi mengiang kembali. Ketika muncul bom Mariot, bom Panci, bom Depok, bom di Jatim Surabaya dan kengerian disebabkan tangan-tangan jahil teroris. Apalagi setelah Menkopolhukam dalam salah satu pernyatannya mengatakan, "Harap maklum jika nanti terjadi dan ada penggeledahan."
Nah, sesuatu yang pahit seringkali membawa serta dua efeknya. Trauma atau hikmah. Bagi orang-orang yang trauma, mungkin cerita tak berlanjut lebih panjang lagi. Tapi, bagi mereka yang selalu mengambil hikmah, jalannya kisah masih terjaga lurus. Salah satu hikmah yang akan ada adalah, berangsur lebih dewasa.
Lebih dewasa berpikir, dewasa bersikap, dewasa bertindak. Karena lebih dewasa berarti benar-benar sadar, dan hati-hati dalam menjalani hidup yang penuh dengan jebakan si 'betmen'. Hikmah membuat kesengsaraan berubah menjadi sesuatu yang bersifat baik. Tapi sayangnya di zaman now, tak semua orang bisa mengambil hikmah. Tak semua bisa menjadi dewasa.
Namun apa boleh buat, memang begitu sunnahnya. Kita tumbuh besar lalu menjadi tua renta adalah kepastian. Tapi menjadi lebih dewasa adalah sebuah pilihan. Semua manusia bisa besar dan tua, tapi belum tentu sadar dan dewasa. Semoga teman-teman saya dan pembaca JCS makin sadar dan dewasa.
Terus menuntut ilmu dan mengedepankan cinta kasih sayang pada tumbuhan, hewan, apalagi kepada sesama insan. "Sayangi makhluk yang ada di bumi, maka yang di atas akan menyayangimu." Wallahu a'lam. Hasbiyallahu laa ilaha illaa huwa 'alihi tawakalu wa huwa rabbul 'asryil adziim.*