Ilustrasi |
JCS - Perpindahan udara dari lokasi yang bertekanan relatif tinggi ke lokasi yang bertekanan relatif rendah dinamai angin. Dalam BMKG dan Geografi, hal itu disebabkan ada gerakan masa udara yaitu perbedaan-perbedaan suhu yang mengakibatkan perbedaan-perbedaan tekanan udara. Pada umumnya gerakan massa udara yang mendatar (horisonal) adalah gerakan angin. Yang terpenting dalam gerakan angin ialah arah dan kecepatannya.
Kecepatan angin diukur dengan kilometer atau knot per jam, atau meter per detik. Skala kecepatan angin masih baku yakni skala beaufort. Arah angin yang dimaksudkan ialah arah datangnya dari barat. Arah angin dapat dilihat dari bendera angin atau kantong angin seperti kebanyakan yang dipakai di lapangan pesawat terbang.
Arah angin dinyatakan dengan skala derajat angin Timur Laut (TL) dinyatakan dengan 45 derajat, angin Timur (T) dengan 90 derajat, angin Tenggara (TG) dengan 135 derajat, angin Selatan (S) dengan 180 derajat, angin Barat Daya (BD) dengan 225 derajat, angin Barat (B) dengan 270 derajat, angin Barat Laut (BL) dengan 315 derajat, dan angin Utara (U) dengan 360 derajat. Ada beberapa cara untuk menyatakan kecepatan angin misalnya, 1 meter perdetik = 3,6 kilometer per jam = 2,237 mil/jam. Garis-garis angin dapat di lihat dalam peta angin, yang menunjukan tempat-tempat yang sama kekuatan atau kecepatan anginnya disebut isovent.
Dalam skala beaufort, ada derajat kecepatan, kemudian sifat angin mulai angin sunyi tegak, spoi, sangat lemah, lemah, sedang, agak kuat, kuat, kencang, sangat kuat, badai, badai kuat dan angin ribut atau prahara. Adapun ciri dan msuibah akibat kekuatan angin biasanya tidak ada dingin, asap mengepul dengan kecepatan angin 0-0,2 m/detik, 1 km/jam, 1 mil/jam; bila daun-daun dan ranting-ranting yang kecil terus menerus bergoyang, itu karena kecepatan angin 3,4-5,4 m/detik, dengan kecepatan angin 12-19 km/jam, 8-12 mil/jam.
Bila terjadi kerugian kecil terhadap rumah-rumah, genting-genting rumah tertiup dan terlembar disebabkan kecepatan angin 20,8-24,4 m/detik, 74-88 km/jam, 47-54 mil/jam; terdahsyat jika angin berskala kecepatan lebih tinggi 28,5-32,6 m/detik, 103-117 km/jam, atau 64-72 mil/jam, ini yang disebut tiputam angin ribut atau prahara.
Dalam teori siklon, menurut Bjerknes, seorang ahli meteorologi/fisika Noregia, mengemukakan teori front kutub (pola front theory) tentang terjadinya siklon sebagai berikut: pertama, terjadinya siklon terlebih dahulu ada dua massa udara yang berbatasan, kedua daerah kutub adalah daerah permanen dingin, sehingga merupakan daerah kopeah massa udara dingin.
Ketiga massa udara dingin tersebut berbatasan dengan massa udara relatif lebih hangat dengan daerah sedang dan perbatasan dua massa udara ini dinamakan front kutub. Front kutub terjadi gangguan-gangguan gelombang, sehingga berbentuk susunan siklon. Teori ini masih tentatif dan belum cukup menimbulkan siklon hanya di daerah kutub karena pertemuan dan massa udara yang berbeda suhunya itu terjadi tropika. (tas).