Ilustrasi
Guru…,
digugu dan ditiru. Suatu padanan kata yang terasa berat dipikul. Segala tingkah
laku, sifat, dan tutur kata kita menjadi teladan bagi anak didiknya. Di
masyarakat umum, dahulu guru merupakah tokoh yang sangat dihormati dan
dihargai. Guru dianggap orang yang memiliki kemampuan serba bisa.
Akan
tetapi, saat ini semua itu tinggal cerita dan menjadi sejarah di lembaran buku
kehidupan. Guru bukan segalanya dan kehilangan akan makna. Hilang sudah
predikat tertinggi yang disandang oleh guru: PAHLAWAN TANPA TANDA JASA.
Bisakah
paradigm seperti dulu yang penuh penghargaan itu kembali lagi? Sesuatu yang
mungkin tetapi sulit.
Kita
mengajar hari ini merupakan gambaran guru di masa yang akan datang. Gaya
mengajar kita hari ini akan menjadi cerita dan teladan guru (siswa hari ini) di
masa depan. Guru adalah secercah harapan di masa yang akan datang. Peradaban
berkembang karena pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik tergantung pada
kualitas dan kuantitas guru, kurikulum, dan system pendidikan itu sendiri.
Pendidikan di kita sudah berganti-ganti kurikulum, berganti-ganti pula nama
materinya (Satuan Pengajaran dan Satuan Pendidikan), dan berganti pula nama
kurikulumnya.
Kapan
kita memiliki kualitas pendidikan yang tinggi jika kurikulumnya selalu berubah?
Kita sudah merdeka puluhan tahun. Masa sampai ini masih menjadi masa pencarian
dan pendewasaan kurikulum.
Kalau
selalu berganti begitu, timbulah pertanyaan mendasar: Apa bedanya mendidik dan
mengajar? Ada sebagian orang yang mengatakan mendidik itu lebih ke aspek afektif,
sedangkan mengajar lebih condong ke aspek kognitif (atau transfer ilmu).
Betulkah begitu?
Jawabannya
kurang benar. Dampaknya akan berimbas pada pengertian pendidik dan pengajar.
Ini masih kata sebagian orang, pendidik adalah orang yang mendidik siswanya
menjadi orang yang terdidik segala aspek pembelajaran, sedangkan pengajar
adalah orang yang memberikan atau menyampaikan bahan ajar saja tanpa proses
pendidikan. Padahal sesungguhnya pendidikan adalah proses tindakan untuk
memenuhi dan mengatasi situasi hidup dan kehidupan.
Akan
tetapi berdasarkan buku proses pembelajaran, teori pembelajaran, dan inovasi
pembelajaran diungkapkan terletak jelas perbedaan antara mendidik dan mengajar
atau pendidik dan pengajar, yaitu sebagai berikut:
No
|
Mendidik
|
Mengajar
|
1.
|
Otak difungsikan
untuk memproses pengetahuan
|
Memfungsikan
otak sebagai gudang informasi/pengetahuan.
|
2.
|
Pengetahuan
dianalisis dan disintesis
|
Pengetahuan
untuk dihafal
|
3.
|
Hasil berupa
penciptaan
|
Hasil berupa
penjiplakan/imitasi
|
4.
|
Guru lebih banya
bertanya ketika mengajar
|
Guru lebih
banyak menjelaskan, siswa lebih banyak mendengarkan.
|
5.
|
Ditemukan banyak
alternative baru sebagai jawaban
|
Hanya ada satu
jawaban final, yaitu dari guru
|
6.
|
Mendorong siswa
untuk berpikir
|
Menyuruh siswa
untuk menghafal
|
7.
|
Siswa yang
berhasil ialah siswa yang kreatif
|
Siswa yang
berhasil ialah mereka yang jago menghafal
|
8
|
Tidak bergantung
pada guru
|
Sangat
bergantung pada guru
|
9.
|
Memiliki beragam
sumber belajar
|
Hanya memiliki
satu sumber belajar yaitu guru
|
10.
|
Siswa memiliki
kemampuan untuk belajar mandiri
|
Siswa tidak
memiliki kemandirian untuk belajar
|
11.
|
Mengembangkan
potensi otak
|
Menelantarkan
fungsi otak
|
12.
|
Indicator
sukses: tindakan yang berhasil dilakukan.
|
Indicator
sukses: pengetahuan yang berhasil dikumpulkan
|
Jadi,
kita ini sesungguhnya siapa? Pendidik atau pengajar? Siswa atau murid? Atau
malah ngaku-ngaku guru? Atau ngaku-ngaku murid? Hanya hati kita yang
mengetahuinya. Mari kita perbaiki diri kita untuk masa depan Indonesia yang
lebih baik lagi.
Penulis: Taufik Hidayat